Merawat Indonesia dalam Keheningan Suara

  Penulis : Nova Alfian Hariyanto

        Merefleksi keheningan malam, siang, sore ataupun waktu yang telah kita ketahui adalah cara sedemikian untuk kita mendapatkan keindahan dan kemesraan. Kegelisahan ini terjawab dengan kegelisahan berikutnya yang menandakan sebuah rekayasa kegelisahan. Menormalisasi kegelisahan harus ada solusi dan kerja nyata sebagai perwujudan pembenahan tatanan. Tuntaskan.. !

            Warisan ini bukan sebuah pemberian atas dasar kekuasaan. Menumbuk kesaratan sehingga dapat seperti arti kenyataan, peribahasa yang sederhana menggambarkan “witing tresno jalaran saka kulina”. Mencintai dengan berbagai arti, perspektif, imajinasi, komitmen, dasar makna, filosofi dan sebagainya. Tapi perlu diingat bahwa seluruhnya adalah milik Allah swt sehingga kita harus siap pada suatu hari nanti akan diambil karena kita hanya bisa mencintai bukan memiliki seluruhnya. Keseimbangan diri dalam mencintai, kestabilan hati dalam memaknai, keheningan sunyi dalam mentadaburi. Atas dasar mencintai sehingga kita dapat menjaga, merawat, menghormati, mengikhlaskan, mendo’akan, mensyukuri, memperbaiki, mempertahankan, mengayomi dan seluruh kata yang terucap oleh budayawan, sastrawan, pujangga, filosof, serta seluruh elemen masyarakat sehingga menjadi intisari yaitu cinta itu sendiri.

            Mengenai beberapa peristiwa, berita, kejadian dan analogi kehidupan perlu dicermati dengan seksama bahwa alam bawah sadar dapat mengidentifikasi, mengkelompokkan, menganalogi, mengkalkulasi, menggambarkan, merefleksi dan memahami. Sering kita dituntun untuk menikmati ocean atau adegan yang membuat hangat kehidupan berbangsa dengan maksud tertentu, sehingga perlu dibesar - besarkan. Menikmatinya sekedar asa belaka, akan tetapi real kehidupan ada yang lebih penting untuk selalu dikerjakan yakni menghidupi keluarga bukan sekedar membahas isu – isu kurang bermutu. Acuh tak acuh dengan konsep tatanan ini karena kita punya kesadaran bahwa keluarga lebih penting. 

            Konsep sebab – akibat mempunyai korelasi yang penting, kaum atas menginginkan bahwa kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran akan tetapi selalu memiliki bahan sebagai dasar isu – isu hangat yang selalu diperbesar untuk menutupi logika masyarakat (dan ini adalah sebab). Kaum bawah yang sibuk mengurusi diri sendiri dan keluarga supaya berkehidupan cukup, damai, sejahtera dan makmur layaknya dengungan para kaum atas selalu diusahakan oleh kaum bawah. Ketidakpastian ini menjadi rumit karena isu – isu yang digelontorkan para kaum atas untuk membingungkan logika kaum bawah (akhirnya berbuah akibat) sehingga korelasi sebab akibat ini tidak sesuai dengungan, dentuman maupun big bang yang diinginkan. Bahkan kebalikannya sebab – akibat merupakan korelasi untuk memperburuk ? benarkah itu, diskusi, rencana, implementasi dan monev sangat dilakukan, sesuai proporsional dan korelasi yang seimbang.

Baca Juga :

Mengistiqomahkan Bacaan

Goresan Kaki Penikmat

Comments