Penulis : Nova Alfian Hariyanto
Dalam kemampuan berbicara dan memberikan argumentasi mengenai beberapa hal memang menjadi dan diperlukan kepentingan yang lebih penting dari yang terpenting. Ahli tafsir yang harus dijadikan acuan dalam mengambil sebuah keputusan karena diyakini dapat memberikan sebuah pandangan kepada kita mana yang lebih baik kita lakukan dari permasalahan yang dihadapi. Hawa nafsu sangat harus ditahan. Mengapa hawa nafsu? karena didalam hawa nafsu terdapat apa yang diinginkan dan kurang mempertimbangkan keseimbangan.
Penulisan ini disusun atas
kerendahan hati untuk menyajikan tulisan yang mudah dicerna diberbagai kalangan
manusia sehingga hasilnya keindahan, kemesraan. Bukan menunggu ahli sesuatu
untuk menuliskan ini semua, tapi keinginan dan kemampuan memberikan kebaikan
atas ilmu apa yang diperoleh. Didalam Islam disebut tadabbur bukan tafsir.
Perbedaan mendasar antara keduanya adalah, tadabbur dapat dilakukan oleh siapa
saja untuk memberikan kebaikan kepada sesama, sedangkan tafsir harus menguasai
beberapa ilmu sehingga dalam memaknai sesuai perihal agar tepat sesuai
keilmuannya.
Namun sebelum melaksanakan sebuah
pemikiran yang bebas atau liberal, haruslah dibekali dengan keutuhan diri,
keseimbangan diri, dan kematangan diri. Apa yang disalahkan atau dibenarkan
dalam mempelajari suatu ilmu ? banyak pendapat dengan berbagai sudut pandang
yang memiliki pertimbangan sesuai dengan kebenaran menurutnya. Haruslah
memiliki kebijaksanaan didalam menjalankan, “Empan Papan” dalam sastra jawa sudah tersusun dengan
filosofi yang rapi. Menempatkan diri sesuai dengan lingkungan dan suasana, dan
memberikan kegembiraan kepada makhluk Tuhan sesuai kemandirian sikap untuk
menumbuhkembangkan rasa cinta terhadap semuanya.
Berbicara Nasionalis dan Agamis.
Keduanya bukan merupakan sebuah ideologi mendasar yang saling memecah belah
satu sama lain. Keduanya bukan diciptakan untuk saling bermusuhan dan saling
menjatuhkan apalagi saling memacu kekuasaan. Keduanya bukan sedekar nama, kosakata,
bahasa yang berakhiran –is. Keduanya juga tidak untuk mempermudah dalam
memetakan manusia, masyarakat dalam dinamika yang lebih luas. Karena masyarakat
Nusantara tidak dapat diteorikan.
Masyarakat memang tidak perlu
diajari mengenai pendidikan politik yang semakin menurun sekarang ini. Untuk
apa politisi mempelajari sistem yang merancukan seperti ini ? demi apa sekarang
menjadi politik kekuasaan bukan politik kebijaksanaan? akan kau bikin bagaimana
negara ini sehingga kau akan lakukan sebagaimana engkau menghalalkan segala
cara? kapan hal ini akan segera menipis, sehingga kita kembali dalam tatanan
yang kebijaksanaan? mengapa ini terjadi, bukankah konstalasi sebab – akibat masih
terjadi? dan jawaban yang mana yang akan engkau gunakan dalam kehidupanmu,
masyarakat ! bukan sebuah ketergantungan yang menjadi sebuah jawaban. Tetapi
kedaulatan masyarakat dalam menjalani kehidupan sangat diperlukan. Jangan
mencari kebenaran yang memang benar, karena tugas kita hanyalah mencari
kebenaran, bukan memperdebatkan kebenaran masing – masing. Sehingga
kebijaksanaan sangat diperlukan mengenai kebijakan politik saat ini. Perlukah
Indonesia didatangi Satria Piningit untuk saat ini?
Berbagai inisiatif ini didalam diri
hanyalah bentuk pengamalan yang didasari oleh beberapa faktor yang
memperngaruhi. Banyak yang mengharuskan manusia menjadi seorang yang seimbang
meskipun konstalasi kehidupannya saling tidak berkesinambungan. Akan tetapi
mereka dapat bersatu dalam koridor yang memang sudah ditata rapi. Apa yang
menyebabkan, mengakibatkan, dan bentuk pengamalannya ? semua jawaban ini akan terjadi meskipun tidak
ada yang menjadikan suatu kebenaran yang memang benar. Karena manusia
mengeluarkan pendapat hanyalah menurut kebenaran yang belom tentu benar. Kalau
memang benar itu hanyalah Tuhan yang sudah mengatur qada dan qadarnya, apabila
kurang benar itu hanyalah sebuah ketidaksempurnaan manusia yang memang itu
sebuah kebenaran.
Lantas pembekalan yang memang perlu
dijadikan sebuah prinsip kehidupan. Untuk apa engkau menginginkan motivasi dari
orang lain ? bahkan menggantungkan hidup, konsentrasi, dan motivasi dari luar.
Diulas lebih lanjut, ketergantungan kepada orang lain itu menyebabkan lakunya
bisnis motivasi. Melangkah satu tingkat, bisnis motivasi ini rentang dengan
pengaruh kebudayaan, keagamaan, keterkaitan negara dan kompleks cara berpikir
diri. Ketergantungan ini menyebabkan beberapa ilmu menjadi tidak relevan untuk
dipelajari, padahal yang membuat tidak relevan bukanlah ilmunya akan tetapi
cara berpikir, mindset, sudut pandang akan ilmu tersebut. Berpikir seimbanglah
supaya kedaulatan diri menjadi matang dan tidak memiliki ketergantungan.
Bagaimana dengan hakikat hidup
manusia sebagai makhluk sosial ? akankah didalam kemandirian muncul sifat
apatis, tak peduli dengan sesama makhluk Tuhan ? itulah yang dinamakan dinamika
berpikir yang begitu elegan. Keseimbangan berpikir sehingga membuahkan
kedaulatan diri bukan semata – mata menjalankan kehidupan secara sendiri.
Didalam bersikap, mempertimbangkan, dan memutuskan memiliki suatu
tanggungjawab. Pendapat orang lain, usulan, kritikan dan saran sangat
diperlukan, akan tetapi keputusan yang keluar adalah keputusan dari dirimu
karena diri sendiri yang menjalankan, yang tahu letak kondisi jasmani maupun
rohani. Agar keputusan yang telah diambil bukan atas dasar ketidakseimbangan,
bukan asalnya dari intervensi manapun.
Sikap apatis seseorang itu memiliki beberapa sebab yang mungkin terjadi karena sebuah keinginan, kekuasaan, kepandaian, kemenangan, popularitas dan lain sebagainya. Dari awal sudah memiliki konsep bahwa kepribadian masyarakat harus memiliki rasa kebijaksanaan yang dalam tata bahasa sederhana tapi memiliki arti yang luas. Pelajari filosofi bijaksana karena nanti engkau akan menemukannya. !
Mengenai kondisi saat ini, konstalasi politik yang memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan cara berpikir generasi muda. Dalam segi bidang apapun, budaya, sosial, agama, pendidikan, lingkungan, dan lain – lain. Menghilangkan jati diri menjadi sebuah dasar pelemahan mental bangsa Indonesia karena pembangunan rasa penjajahan masih diterapkan. Satu rasa sama rata rasa komunis masih berlaku di negara demokrasi. Sudah cukuplah mengenai pembahasan politik kekuasaan yang terjadi. Akan tetapi rasa optimis sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Pencipta dengan semua dinamika yang berlangsung sesuai apa yang sudah direncanakan-Nya. Kita tidak boleh selalu menyalahkan keadaan, menggerutu terhadap perpolitikan, menggunjing berbagai isu atas dasar kebijakan, menggurai berbagai kosataka untuk menambah kerancuan. Kita harus menumbuhkan rasa kebangsaan yang memang dimiliki sejak nenek moyang. Kita yakini bahwa bangsa Indonesia akan terlahir oleh generasi muda yang saat ini melihat kehancuran yang nyata. Memiliki keseimbangan berpikir supaya berdaulat dalam mengambil sebuah langkah. Dan menyatakan bahwa kita telah ditugaskan untuk menjadi kholifah di bumi, terutama di negara Indonesia. Semoga Allah swt selalu membimbing dan meridahi setiap langkah yang dilaksanakan. Kehidupan dimanis, harus optimis, langkah strategis, berbudaya sebagaimana budaya itu sendiri terlahir.
Begitukahh
ReplyDelete