Penulis : Nova Alfian Hariyanto
Memperhatikan
situasi dan kondisi seperti ini rekonstruksi awal yang harus dibenahi adalah
skala mikro dahulu yakni desa. Entah apa yang dinamakan otonomi daerah yang
sekarang entah kemana rekam jejaknya. Beberapa lembaga kemasyarakatan yang
dahulu menjadi loyal terhadap keadaan bangsa dan negara sekarang menjadi buah
bibir yang usang dibicarakan. Bahkan mendengar lembaganya pun sering bertanya –
tanya apakah ada lembaga seperti itu. Memang dinamika kehidupan memang ada yang
harus dihapuskan untuk memperbaruhi suatu tatanan dengan kriteria keberhasilan
juga sama – sama dipertanyakan.
Unik sekali dalam beberapa tahun
terakhir ini masyarakat sering dikisahkan dengan berbagai isu politik, sosial
budaya, ekonomi, pariwisata dan lain sebagainya. Masyarakat menjadi kritis
terhadap perkembangan budaya yang masuk di negara ini, akan tetapi lebih
menguntungkan bagi masyarakat yaitu bekerja untuk menghidupi keluarganya masing
– masing karena membicarakan mengenai negara tidak akan ada habisnya. Pola
pendidikan kaum pengejar kekuasaan mendapatkan kembali apa yang dinamakan
pengatur sejarah. Dengan kata lain mereka mendeskripsikan bahwa kekuasaan
adalah hal yang harus diperjuangkan entah dengan apa dan bagaimana menguasai
pemerintahan.
Bagaimana desaku akan menggapai cita
– cita masyarakat ? akankah semua akan mempolarisasi layaknya arus balik
dinamika kehidupan ? lantas jawaban apa yang ditemukan dari semua ini ? positif
atau negatif ? atau tidak jelas kemana arahnya ? semakin maju akan semakin
ketidakseriusan untuk menata desa, semakin mengudar keasliannya, semakin hilang
filosofinya, semakin hancur guyub rukunnya, semakin parah kedengkianya, semakin
indah permusuhannya ? apakah itu jawaban dari arus globalisasi dan kemajuan zaman
?
Kembalilah kedalam sistem yang
menjadikan engkau dapat merasakan kenikmatan yang mendekati sempurna.
Revolusikan dirimu untuk menahan suatu yang memang kenikmatannya sesaat. Karena
logika hati dan logika pikiran sering kali berbeda dan sedikit yang sama.
Penguatan dalam desa ini sebuah upaya yang harus dilakukan. Mengenai perombakan
susunan dan tatanan pemerintahan yang menurun perlu adanya pembenahan. Isu
strategis pada zaman sekarang hanyalah bagaimana mengusai pemerintahan untuk
menjadi orang kaya. Tingkatan orang sekarang adalah dari yang terkuat yaitu
kaya, berkuasa, pintar, dan spiritual. Menguasai ilmu apapun harus menjadi
kaya, karena kaya sekarang menjadi mindset surga dunia bagi masyarakat.
Permasalahan sekarang ini hanyalah
bagaimana masyarakat bisa diajak musyawarah untuk menentukan langkah dimasing –
masing wilayah. Perlu ada pembahasan lebih lanjut, memuai atau memadat,
mendekat atau menjauh, memperbaiki atau merusak, konstruksi atau dekonstruksi,
pembangunan atau penjajahan, atau bagaimana ? Beberapa perdebatan mengenai hal
ini membuat semakin rancu dan tak pernah ada solusi yang konkret. “Man arafa
nafsahu faqod arafa Rabbahu” perspektif ini banyak yang menghasilkan solusi
bahkan menambah masalah. Artinya ketahuilah dirimu makan engkau akan mengetahui
Tuhanmu. Logika mendasar yang menjadi pijakan. Memang kalau ditafsiri sangat
berat akan tetapi semua jangan diambil pusing hehehe. Integrasi bagi desa
sendiri yaitu potensi apa yang terkandung didalam sebuah desa dan itu yang
menjadi dasar pembangunan desa. Akan tetap berkesinambungan meskipun penguasa
selalu berganti dengan sistem politik saat ini. Tapi program pembangungan untuk
desa tidak bisa diganti semena – mena dengan program yang lain (program yang
mengatasnamakan pembangunan sebenarnya penjajahan, program yang inisiatifnya
meningkatkan sebenarnya melemahkan, dst).
Semua tulisan ini mengharuskan kita
untuk berpikir, mengulas, berpendapat, berdiskusi, mencari kebenaran bukan
memperdebatkan kebenaran masing – masing. Selalu optimis dan lebih kuat dari
keadaan yang sedang terjadi sekarang, dahulu dan masa depan.
Cakep bozzz👍
ReplyDelete