Penulis : Nova Alfian Hariyanto
Budaya Politik
adalah suatu tatanan struktural yang berlangsung dengan berkembangnya zaman
dalam melaksanakan berpolitik. Kehidupan ini rentang dengan perpolitikan yang
semakin rancu tanpa ada keseimbangan berpikir. Konstalasi ini sengaja dibuat
supaya dalam pelaksanaan diharuskan mengejar kekuasaan untuk kekayaan pribadi
pelaku politik. Cita – cita dengan menyuarakan hati rakyat hanyalah suatu cara
bodoh yang selalu dipakai untuk menyempurnakan aksinya. Apalah daya yang bisa
digunakan adalah berbagai bisikan sang penguasa, kekayaan itu adalah tujuan
utamanya.
Sikap ini bukan
muncul seketika melihat bagaiman suasana dan budaya politik di negeri ini
terjadi. Peralihan penguasa dari beberapa pelaksana tugas rakyat memegang
beberapa konstekstual politik yang membekas. Kalau kita lebih populer mengenal
orde lama yang meninggalkan berbagai konflik yang tercengah dinegeri ini. kemudian
orde baru yang menjadi carut marut penjajahan mengatasnamakan sebuah
pembangunan dan sebagainya. Reformasi menjadi alternatif sampai sekarang dan
belom menjadi solusi, hanya alternatif. Pembelajaran ini baru berapa dekade
kita melihat kebelakang, belom ke era Mataram Islam, Pajang, Demak, Mojopahit,
Kediri, Singosari, Sriwijaya, Kalingga dan masih dalam lagi. Perputaran ini
sangat asing ditelinga kita karena sejarah yang mendalam sengaja dikubur dengan
berbagai hegemoni politik mengatasnamakan rakyat. Karena andaikata sampai
terjadi perubahan politik dengan mempelajari peralihan kekuasaan dari nenek
moyang kita, Indonesia akan mengetahui bagaimana perilaku budaya yang selama
ini terjadi dengan elegan perpolitikan nusantara.
Uraian kali ini
menjadi sebuah cerita bisu entah relevan menjadi dasar atau tidak karena
tertulis tanpa kesengajaan. Demokrasi yang terjadi saat ini bukan demokrasi
yang benar adanya demokrasi, melainkan demokrasi kekuasaan dan demokrasi
kekayaan. Kehilangan berbagai arti kata memang menjadi sebuah langkah yang
kurang parsial sehingga membuat dekonstruksi dalam berbagai elemen dan bidang.
Demokrasi ini merupakan sistematika ketatanegaraan yang dirancang atas dasar
penyesuaian dengan budaya masyarakat Indonesia. Melihat kebelakang pada peralihan
era Majapahit sampai Mataram Islam semua memiliki tatanan yaitu Kerajaan.
Sekarang ini eh tak tau mengapa menjadi Republik, ya nanti akan ada yang
membenarkannya. Kita menunggu akan datangnya hal itu.
Menyikapi budaya
politik ini tatanan yang perlu dibenahi bukan strukutral ketatanegaraan, akan
tetapi budaya yang terjadi saat ini yaitu pelaku politik. Berbagai pendapat ini
memiliki kapasitas diskusi kembali dengan berbagai aliran ilmu dalam bidangnya.
Memiliki kedaulatan dan cara berpikir ini memang diperlukan untuk mengambil
keputusan. Kebenaran ini bukan sebuah kebenaran sejati, karena kebenaran sejati
hanya milik Allah swt. Manusia hanya memiliki cara untuk mencari lebih lebih
mendekati kebenaran saja. Membaca tulisan ini harus memiliki berbagai pertanyaan
yang diharuskan supaya tercapu terhadap berbagai konstalasi politik di negeri
ini. Agar memiliki dasar yang engkau mengetahui situasi, kondisi dan berbagai
dinamika.
Berlaku sistem yang sekarang ini perlu dijadikan sebuah petulungan/pertolongan. Sistem Among yang dicetuskan bukan sebuah logika tatanan berpikir selangkah. Semua sudah memiliki sistem yang berkesinambungan. Ing Ngarsa Sung Tuladha beberapa pendapat yang mengharuskan diskusi ini memiliki sebuah keindahan dan kemesraan. Silahkan berbicara mengenai ini akan tetapi harus mengalami pengalaman terlebih dahulu supaya apa yang diutarakan merupakan fakta tanpa ada retorika sesaat. Ing Madya Mbangun Karsa pembangunan ini bukan hanya memiliki hal yang menjadi kekayaan sesaat. Aset semua ini harus dikembalikan sebagaimana mestinya. Karena ditengah – tengah ini mempelajari hal yang tataran yang lebih dewasa dan ini perlu dibedah bagaimana, mengapa dan apa yang harus dijadikan dasar. Tut Wuri Handayani terakhir dari sistem among ini merupakan bentuk terakhir dalam budaya yang perlu dilakukan oleh pelaku demokrasi. Penggunaan sistem ini tidak perlu didasarkan dengan ilmu relevan, ilmu politik luar, ilmu konstalasi dan lain sebagainya. Dasar yang dicetuskan oleh pendahulu kita memiliki beberapa kekuatan dan fakta. Maka dari itu dengan zaman yang bagaimanapun sistem ini akan selalu relevan dalam setiap budaya politik Indonesia. Akan tetapi uraian sistem among perlu dijelaskan dalam diskusi yang lebih lanjut supaya ilmu dan tataran makna saling berkesinambungan dan kelengkapan.
Optimis haruslah ditanamkan terhadap segi bidang kehidupan. Akan tetapi konsep Jawa yang menggunakan kata “Molimo” perlu ada diskusi yang kompleks mengenai hal ini. Apa yang harus dipelajari dan dihindari atau apapun mengenai hal ini. Silahkan meletakkan argumen, pendapat, ide, gagasan, perspektif dengan dasar tidak boleh membenarkan pendapat sendiri untuk menyalahkan pendapat orang lain. Diskusi ini tujuannya untuk mendekati kebenaran bersama sehingga tidak ada yang lebih benar dan yang kurang benar. Masyarakat selalu optimis dengan berbagai dinamika politik dan demokrasi saat ini. Meskipun guncangan ini selalu merundung galau dalam segi budaya. Keyakinan masyarakat akan terpulihnya keadaan ini. Semoga ada jalan yang dilakukan oleh siapapun yang diharuskan. Bukan memperdebatkan suasana yang terjadi saat ini, akan tetapi mempelajari konstruksi dan dekonstruksi yang terjadi agar memiliki bekal ilmu yang cukup. Masyarakat selalu bersyukur bagaimanapun keadaan ini, akan tetapi Allah swt tidak akan tega melihat kekasih selalu seperti
Mantap
ReplyDelete